Gunung Kelud, Pesona Gunung Aktif yang Menyimpan Mitos dan Sejarah. Gunung Kelud adalah salah satu gunung berapi aktif di Indonesia yang terkenal karena keindahan alamnya, sejarah letusannya yang dramatis, serta mitos-mitos yang mengiringi eksistensinya. Terletak di perbatasan tiga kabupaten di Jawa Timur—Kediri, Blitar, dan Malang—Gunung Kelud menjadi destinasi wisata sekaligus objek penelitian vulkanologi yang penting.

Baca juga: Mengenal Asal Usul Kota Kediri: Jejak Kerajaan Tertua di Tanah Jawa

Di balik keanggunannya yang memukau, Kelud menyimpan cerita panjang tentang bencana, legenda, dan kepercayaan masyarakat Jawa yang telah berlangsung selama ratusan tahun.

firlyikasari.com

Lokasi dan Karakteristik Gunung Kelud

Gunung Kelud berada sekitar 30 kilometer sebelah timur Kota Kediri dan memiliki ketinggian sekitar 1.731 meter di atas permukaan laut. Gunung ini termasuk dalam deretan gunung berapi aktif di Indonesia, yang dikenal sering mengalami erupsi besar dalam interval waktu yang relatif pendek dibanding gunung lainnya.

Karakteristik utama Gunung Kelud adalah keberadaan danau kawah yang sempat terbentuk di puncaknya sebelum letusan tahun 2007. Setelah letusan tersebut, muncul kubah lava yang mengubah bentuk kawah secara drastis. Erupsi terakhir yang besar terjadi pada Februari 2014, yang menyebabkan semburan abu vulkanik mencapai beberapa provinsi di Pulau Jawa.

Sejarah Letusan Gunung Kelud

Gunung Kelud dikenal sebagai salah satu gunung yang paling aktif di Indonesia. Sejarah mencatat bahwa letusan besar pertama terjadi pada tahun 1000-an Masehi. Berikut ini beberapa letusan besar yang pernah tercatat:

  • Letusan 1586: Salah satu letusan paling mematikan dalam sejarah Gunung Kelud, menewaskan sekitar 10.000 jiwa akibat aliran lahar panas.
  • Letusan 1919: Menewaskan lebih dari 5.000 orang, terutama karena lahar yang mengalir deras ke pemukiman. Setelah tragedi ini, pemerintah kolonial Belanda membangun terowongan pengendali lahar bernama Ampera Tunnel.
  • Letusan 1990 dan 2007: Membentuk kubah lava di tengah kawah, mengubah struktur danau kawah.
  • Letusan 2014: Merupakan letusan eksplosif yang mengakibatkan bandara-bandara di Pulau Jawa ditutup sementara dan ribuan penduduk di sekitar gunung harus mengungsi.

Letusan Gunung Kelud memiliki pola yang cukup konsisten, dan karena itu ia menjadi salah satu gunung dengan sistem pemantauan vulkanik terbaik di Indonesia.

Keindahan Alam yang Mengagumkan

Meskipun statusnya sebagai gunung berapi aktif membuatnya berbahaya, Gunung Kelud tetap menjadi magnet bagi wisatawan. Jalur menuju puncaknya telah dikembangkan menjadi jalur wisata yang ramah bagi pengunjung. Setelah letusan 2007, kawasan sekitar puncak mengalami transformasi, termasuk terbentuknya jalan terowongan menuju bibir kawah, yang dikenal sebagai Terowongan Gua Gajah.

Beberapa daya tarik wisata di Gunung Kelud antara lain:

  • Kawah Gunung Kelud: Kini tidak lagi berupa danau, namun menyajikan lanskap dramatis berupa kubah lava dengan kabut dan bau belerang khas.
  • Puncak Gajah Mungkur: Titik pandang terbaik untuk menikmati keindahan panorama Kelud.
  • Terowongan Ampera: Terowongan peninggalan Belanda yang dibangun untuk mengontrol lahar letusan.
  • Spot Fotografi Alami: Batu-batu lava, jurang curam, dan formasi geologis pasca-letusan menciptakan suasana eksotis yang unik.

Kawasan sekitarnya juga cocok untuk aktivitas seperti trekking ringan, bersepeda gunung, dan camping. Suasana yang sejuk serta pemandangan matahari terbit dari puncak menambah daya tarik tersendiri bagi pecinta alam.

Mitos dan Legenda Gunung Kelud

Seperti banyak gunung di Pulau Jawa, Gunung Kelud juga memiliki kisah-kisah mistis yang melekat kuat dalam budaya masyarakat sekitar. Salah satu mitos paling terkenal adalah Legenda Lembu Suro dan Dewi Kilisuci.

Konon, Lembu Suro adalah makhluk jadi-jadian yang jatuh cinta pada Dewi Kilisuci, putri dari Kerajaan Kediri. Namun cinta itu ditolak. Dalam kemarahannya, Lembu Suro mengutuk bahwa Kota Kediri akan tenggelam dalam lautan lahar dari gunung yang muncul karena kemarahannya, yang kini dikenal sebagai Gunung Kelud. Untuk menangkal kutukan ini, masyarakat Kediri dan sekitarnya hingga kini masih rutin mengadakan ritual Larung Sesaji sebagai bentuk penghormatan dan permohonan keselamatan.

Selain legenda ini, masyarakat sekitar juga percaya bahwa gunung ini merupakan tempat bersemayamnya makhluk halus yang menjaga keseimbangan alam. Oleh karena itu, sebelum melakukan pendakian atau kunjungan, banyak orang melakukan ritual atau setidaknya meminta izin secara spiritual.

Baca juga: Makanan Khas Solo yang Melegenda: Dari Serabi Hingga Nasi Liwet

Nilai Budaya dan Spiritualitas

Gunung Kelud tidak hanya menjadi objek wisata atau pusat bencana, tetapi juga simbol keseimbangan antara manusia dan alam dalam budaya Jawa. Banyak ritual adat dilakukan setiap tahun di sekitar Kelud sebagai bentuk penghormatan dan wujud rasa syukur masyarakat.

Ritual-ritual tersebut mencerminkan nilai kearifan lokal, di mana manusia diharapkan menjaga hubungan harmonis dengan alam semesta. Dalam budaya Jawa, gunung dianggap sebagai tempat yang sakral, tempat tinggal para leluhur dan makhluk halus, sehingga tidak boleh diperlakukan dengan semena-mena.

Upaya Mitigasi dan Pemanfaatan Teknologi

Seiring dengan kemajuan teknologi, sistem pemantauan aktivitas Gunung Kelud kini semakin canggih. Badan Geologi Indonesia telah memasang berbagai alat pemantau, seperti seismograf, kamera pemantau, dan sensor suhu kawah. Data yang dikumpulkan dikaji secara berkala untuk memperkirakan kemungkinan letusan dan mempersiapkan langkah-langkah evakuasi bila diperlukan.

Selain itu, sistem peringatan dini melalui media sosial dan aplikasi mobile juga digunakan untuk menyampaikan informasi terkini kepada masyarakat sekitar. Keberhasilan mitigasi bencana pada letusan 2014 menjadi contoh bagaimana teknologi dapat membantu menyelamatkan banyak nyawa.

Peran Gunung Kelud dalam Ekonomi Lokal

Gunung Kelud memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian masyarakat di sekitarnya. Salah satunya adalah melalui sektor pariwisata. Wisatawan dari dalam dan luar negeri datang untuk menikmati keindahan alam dan belajar tentang geologi serta budaya lokal.

Sektor pertanian juga mendapat manfaat dari keberadaan gunung ini. Tanah vulkanik di sekitar Gunung Kelud sangat subur, cocok untuk ditanami berbagai komoditas seperti kopi, sayur-mayur, dan buah-buahan. Selain itu, material vulkanik pasca-letusan seperti pasir dan batu juga dimanfaatkan untuk kebutuhan konstruksi.

Tips Singkat Berkunjung ke Gunung Kelud

Agar kunjungan ke Gunung Kelud berjalan lancar dan aman, berikut beberapa tips singkat:

  1. Cek status gunung terlebih dahulu melalui situs resmi PVMBG atau Badan Geologi sebelum pergi.
  2. Gunakan pakaian yang nyaman dan hangat, karena suhu bisa sangat dingin di pagi dan malam hari.
  3. Datang di pagi hari untuk menghindari kabut tebal dan mendapatkan pemandangan terbaik.
  4. Bawa masker dan kacamata, terutama jika masih ada sisa aktivitas vulkanik atau debu di sekitar kawah.
  5. Hormati budaya dan adat setempat, terutama jika mengikuti jalur yang dianggap sakral oleh warga sekitar.
  6. Gunakan jasa pemandu lokal jika ingin menjelajah lebih jauh ke titik-titik tersembunyi atau historis.

Penutup

Simbol kekuatan alam, keindahan yang memukau, dan budaya yang sarat makna. Ia bukan hanya gunung berapi aktif, melainkan juga saksi sejarah panjang Pulau Jawa, dari masa kerajaan hingga era modern. Mitos dan legenda yang menyelimuti gunung ini menjadi pengingat akan hubungan mendalam antara manusia dan alam.

Dengan perpaduan keindahan alam, sejarah yang kaya, serta budaya yang hidup, Layak menjadi salah satu destinasi unggulan Jawa Timur. Bagi para pencinta alam, penggemar sejarah, maupun penikmat mitos Nusantara, Kelud menawarkan pengalaman yang tak terlupakan. Namun, seperti semua keindahan alam yang liar, Gunung Kelud harus selalu dihormati, dijaga, dan dihadapi dengan kewaspadaan.

Baca juga: Kuliner Malam di Solo: 7 Tempat Nongkrong dan Makan yang Buka Sampai Larut